Kamis, 02 Juni 2011

Flora dan Fauna Indonesia


Antara flora dan fauna jelas memiliki pengertian yang berbeda. Flora adalah jenis-jenis tumbuhan sedangkan fauna yaitu jenis-jenis hewan. Pola persebaran fauna di Indonesia sama dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu di bagian Barat, faunanya mempunyai kemiripan dengan fauna Asia, di bagian Timur faunanya mirip dengan fauna di Australia, dan diantara kedua daerah tadi, faunanya merupakan fauna daerah peralihan. Hal tersebut dimungkinkan karena pada zaman es Indonesia pernah menyatu dengan Asia dan Australia. Pada masa itu Indonesia menjadi jembatan persebaran hewan dari Asia dan Australia.
Keanekaragaman flora dan fauna di suatu wilayah tidak terlepas dari dukungan kondisi di wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar matahari, dan ada yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin dan lembab. Kita tentu tidak pernah melihat pohon Meranti atau Anggrek tropik pada daerah dingin di daerah tundra. Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap keberadaan flora dan fauna berupa faktor-faktor fisik (abiotik) dan faktor non fisik (biotik).Yang termasuk faktor fisik (abiotik) adalah iklim (suhu, kelembaban udara, angin), air, tanah, dan ketinggian, dan yang termasuk faktor non fisik (biotik) adalah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
Indonesia meliliki keanekaragaman flora dan fauna baik di Indonesia bagian barat, tengah dan timur akibat pengaruh keadaan alam, rintangan alam dan pergerakan hewan di alam bebas. Ketiga wilayah di Indonesia memiliki keunikan dan ciri khas keragaman binatang dan tanaman yang ada di alam bebas.
Alfred Russel Wallace dan Max Wilhelm Carl Weber adalah orang-orang yang mengelompokkan tipe flora dan fauna Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1.       Fauna Asiatis
Wilayah = Indonesia bagian barat (sumatera, jawa, kalimantan hingga selat makassar dan selat lombok)
Hewan = badak, harimau, orangutan, gajah, dsb.
2.       Fauna Peralihan dan Fauna Asli
Wilayah = Indonesia bagian tengah (sulawesi dan nusa tenggara)
Hewan = Babi rusa, kuskus, burung maleo, kera, dll.
3.       Fauna Australis
Wilayah = Indonesia bagian timur (papua)
Binatang = Burung cendrawasih, burung kakatua, kangguru, dsb.

Dalam peta persebaran flora dan fauna Indonesia :
  • ·         Antara fauna tipe asiatis dan peralihan terdapat garis wallace.
  • ·         Antara fauna tipe peralihan dan tipe australis terdapat garis weber.

Kondisi flora dan fauna di setiap daerah dipengaruhi oleh banyak hal seperti :
1. Tinggi rendah dari permukaan laut
2. Jenis tanah
3. Jenis hutan
4. Iklim
5. Pengaruh manusia, dan lain-lain



http://florafaunaindonesia.blogspot.com/

Isu Pemanasan Global


Data dan fakta World Bank (2001), lebih dari 1.000 spesies tumbuhan dan hewan setiap tahun musnah akibat aktivitas industri serta turunan sains lainya, setidaknya menjadi bukti riil kejahatan sains terhadap lingkungannya. Sedangkan hutan dan sumber daya alam yang menghasilkan mineral dan energi juga mengalami krisis hebat. Ironisnya, setiap tahun berdasarkan catatan FAO antara 1992-1993, hutan Indonesia telah terjadi deforestasi 2,5 juta hektare per tahun. Artinya tiga kali lipat menjauhi rata-rata deforestasi dunia. Sehingga, World Resources Institute (WRI) pada awal tahun 1997 menyebutkan Indonesia telah kehilangan 72 persen hutan alamnya (Alikodra, 2004).
Isu pemanasan global sudah cukup lama di dengar, namun kenapa ya baru-baru ini saja wacana tersebut membumi, meski demikian masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa itu pemanasan global (global warming). Cukup mengerikan bila membaca artikel maupun menonton film “an inconvinient truth” karya mantan wakil presiden USA “Al Gore”. Kita semua boleh ngeri dan marah terhadap kerusakan alam.
Pemanasan global (global warming) adalah isu yang akan terus menghangat dalam beberapa dekade kedepan. Terakhir, isu pemanasan global juga mencuat dalam pertemuan umum pemimpin APEC di Sydney dan dimungkinkan menguat lagi dalam Sidang Umum PBB di New York tahun ini. Pemanasan global telah menjadi ancaman planet bumi, termasuk Indonesia.
Berbagai fakta mudah sekali ditemukan bahwa pemanasan global telah menyebabkan sedemikian banyak akibat bagi penduduk di planet bumi. Membesarnya lubang ozon yang seharusnya melindungi planet bumi dari sinar ultraviolet, naiknya ketinggian permukaan air laut sehingga mengancam ratusan juta manusia, meningkatnya suhu rata-rata bumi dan perubahan iklim global.
Ada satu artikel yang ditulis berdasarkan pada hasil simulasi numerik jangka panjang tentang apa yang akan terjadi jika laju penambahan gas rumah kaca terus bertambah di atmosfer Bumi. Dalam jangka panjang, ternyata Eropa akan semakin dingin jika pemanasan global terus berlangsung. Akibat suhu yang dingin di sekitar kutub utara (Greenland), maka akan terjadi pembekuan air laut. Pembekuan air laut ini akan melepaskan garam yang terkandung di dalam air laut tersebut (oleh sebab itu, kenapa es di kutub tidak berasa asin karena garamnya tidak ikut membeku). Pelepasan garam ini akan menjadikan salinitas air laut menjadi lebih tinggi sehingga densitas air laut di sana pun menjadi lebih tinggi pula, akibatnya massa air laut akan turun (dikenal sebaga fenome sinking atau downwelling atau bisa juga disebut sebagai arus laut yang bergerak ke kedalaman). Kekosongan akibat turunnya massa air laut yang memiliki densitas yang besar tersebut akan diisi oleh massa air laut di sekitarnya, yaitu dari daerah lintang yang lebih rendah atau daerah tropis. Air laut di tropis yang hangat inilah yang menjadikan iklim di lintang menengah dan tinggi tetap cukup hangat.
Pemanasan global akan menyebabkan terjadinya pencairan es di kutub. Hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah air, sehingga terjadi pengenceran air laut. Akibatnya, densitas air laut menjadi berkurang sehingga proses sinking atau downwelling pun akan melemah. Melemahnya proses ini akan mengurangi jumlah air hangat yang masuk dari daerah tropis. Akibat selanjutnya, iklim di lintang menengah dan tinggi tidak lagi sehangat sebelumnya, dan ini yang akan memicu terjadinya Eropa yang membeku dalam jangka panjang.
Berdasarkan akal manusia, segala sesuatu ada penyebabnya. Membekunya Eropa terjadi akibat pemanasan global. Pemanasan global sendiri terjadi akibat meningkatnya kadar CO2 di atmosfer. Meningkatnya CO2 di atmosfer terjadi akibat semakin "boros" dan "berlebihannya" manusia dalam beraktivitas, dalam mengeksploitasi alam. Dari sini, manusia bisa berintrospeksi diri dan hidup lebih bijaksana.
Jika Eropa membeku atau Indonesia banjir, tentu itu akan mengancam kehidupan dan peradaban manusia. Oleh karena itu, banyak ilmuwan yg tengah melakukan penelitian untuk mencari solusi agar hal itu jangan sampai terjadi. Mencari energi alternatif yang ramah lingkungan, mengurangi penggunaan bahan bakar minyak, melakukan efisiensi, menjaga kelestarian hutan dan lautan, adalah alternatif yg bisa dan tengah dilakukan oleh banyak negara maju di dunia. Sudah waktunya buat kita semua sadar dan memulai untuk sadar dan ramah terhadap lingkungan, mari bergerak bersama dan memberikan penyadaran kepada masyarakat, keluarga dan teman untuk hal tersebut.
Setidaknya kita semua bisa melakukan salah satunya :
1. Hemat energi
2. Gunakan produk ramah lingkungan
3. Stop penebangan hutan
4. Buang sampah pada tempatnya
5. Tanam pohon kembali
6. Hemat air
Mengatasi pemanasan global bisa dimulai dari diri sendiri dengan bertanggung jawab atas tindakan yang kita lakukan setiap hari. Bersahabatlah dengan alam, selamatkan lingkungan sekitar. Karena boleh jadi hal kecil yang dilakukan oleh satu orang terlihat tidak banyak berarti, tapi kalau hal kecil itu diduplikasi oleh banyak orang akan menjadi hal yang luar biasa.
Selain Einstein adalah J.J. Roussou, salah satu tokoh peletak dasar pencerahan Eropa pernah mengatakan, sebuah pencerahan tidaklah bermakna apa pun bila terlepas dari nilai-nilai keimanan. Pengetahuan pun tak bermakna apa-apa bila tidak mengabdi kepada kemanusiaan.



http://hanggorosapoetro.multiply.com/journal/item/3/PENGARUH_TEKNOLOGI_TERHADAP_GLOBAL_WARMING_DAN_PERADABAN_MANUSIA

Misteri Petualang Kapal SS Jesmond dan Penemuan Atlantis


Penemuan Atlantis sampai sekarang masih menjadi perbincangan yang misterius bagi kita. Karena tidak ada yang tahu keberadaan letak benua Atlantis yang sebenarnya. Plato pernah membahas tentang benua Atlantis di dalam bukunya yang berjudul Timaeus dan Critias. Menurut Plato benua Atlantis memang tenggelam karena gempa dan saat ini dipercaya berada didasar laut. Pada tahun 1882, sebuah kapal dagang bernama SS Jesmond menemukan sebuah pulau yang sepertinya baru saja muncul dari dasar laut. Pulau itu dipercaya merupakan sisa-sisa peradaban Atlantis karena artefak-artefak yang ditemukan di atasnya. Tepatnya pada tanggal 1 Maret 1882, kapal dagang ini sedang dalam pelayaran rutinnya melintasi Samudera Atlantik bagi para awak, termasuk sang kapten kapal, David Arnory Robson. Ketika mereka melewati selat Gibraltar dan berada sekitar 200 mil sebelah barat Medeira, Robson melihat ada yang aneh dengan sekelilingnya. Lumpur tebal terlihat menutupi permukaan air, ikan-ikan pun mati. Ia memerintahkan sang juru mudi untuk terus menjalankan kapal, melewati jutaan ikan-ikan mati dan lumpur yang tebal.

 Keesokan paginya, sesuatu yang aneh terlihat. SS Jesmond, yang saat itu masih berlayar sesuai dengan arah yang telah ditentukan, menemukan sebuah pulau misterius terbentang di hadapannya. Kapten Robson menyadari kalau pulau ini mungkin baru saja muncul dari dalam laut. Ia sudah biasa melewati jalur ini dan tidak pernah melihatnya sebelumnya. Lagipula, petanya menunjukkan kalau wilayah ini tidak memiliki daratan sama sekali. Pulau yang berukuran sekitar 30 mil dari utara ke selatan. Diatas pulau tersebut terdapat gunung yang mengeluarkan asap. Sekarang Robson yakin kalau aktivitas gunung itu telah menyebabkan kematian jutaan ikan dan munculnya lumpur misterius di atas permukaan laut. Karena itu ia berpikir kalau kemunculan pulau misterius di hadapannya mungkin juga dikarenakan aktivitas gunung berapi itu. 

Ketika ia menginjakkan kaki di pulau itu, ia menemukan kalau tempat itu didominasi oleh basalt hitam dan sedimen tanah yang terbentuk dengan baik. Tidak berapa lama kemudian, tanpa sengaja seorang awak kapal menemukan sebuah benda yang setelah diperhatikan dengan teliti ternyata sebuah mata anak panah. Lalu mereka mulai menggali secara acak dengan semangat hingga kembali menemukan sejumlah mata anak panah bersama dengan pisau-pisau kecil.  Robson segera kembali ke kapal dan mengambil peralatan yang lebih lengkap. Kali ini ia juga membawa 15 orang sukarelawan. Menjelang malam, mereka telah menemukan artefak-artefak lain yang sangat di luar dugaan. Mereka menemukan sebuah patung wanita yang dipenuhi oleh lumut. Patung itu diukir pada satu sisi batu dan ukurannya sedikit lebih besar dibanding manusia pada umumnya. Lebih jauh ke tengah pulau, mereka menemukan dua buah dinding batu. Di dekatnya, mereka menemukan sebuah pedang yang terbuat dari logam berwarna kuning yang tidak diketahui jenisnya. Mereka juga menemukan mata tombak, mata kapak, cincin-cincin logam dan keramik-keramik berbentuk burung dan hewan-hewan lain. Lalu, mereka juga menemukan dua buah toples tanah liat besar yang didalamnya berisi sisa-sisa tulang dengan tengkorak manusia. Yang cukup luar biasa adalah penemuan sebuah sarkofagus dengan mumi di dalamnya.

Pada saat itu, Robson ingin sekali melanjutkan pencarian ini, tapi cuaca saat itu tidak mendukung sehingga dia memutuskan untuk kembali ke kapal dengan membawa semua artefak yang ditemukannya. Sehingga ia melanjutkan perjalanan awalnya yaitu ke New Orleans. Wartawan dari harian New Orleans Times Picayune yang mewawancari Robson menulis kalau ia telah diperlihatkan artefak-artefak yang ditemukan dan tidak merasa kalau benda-benda itu palsu. Wartawan itu juga mengatakan kalau kapten Robson berniat menyumbangkan semua artefak tersebut kepada museum Inggris. Namun, Pada tanggal 19 Mei, Robson diketahui kembali ke Inggris tanpa membawa penemuannya. Sejak itu pula, keberadaan artefak-artefak tersebut tidak diketahui lagi.

Terdengar kabar, Pada tahun 1940, kantor perusahaan pengapalan yang menaungi SS Jesmond, yaitu Watts, Watts and Company di Inggris, mengalami pengeboman oleh pasukan Jerman sehingga catatan perjalanan kapal SS Jesmond ikut hancur bersamanya. Jadi, para peneliti yang kemudian mencoba untuk menyelidiki klaim Robson tidak bisa menemukan apa-apa lagi. Selain itu, juga tidak ditemukan adanya catatan donasi dari Robson kepada museum Inggris.
Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah kisah penemuan itu hanya rekayasa Robson?

Lawrence Hill yang pernah meneliti mengenai misteri ini cukup percaya dengan kisah Robson. Ia punya teori mengapa artefak tersebut tidak pernah terlihat lagi. Menurutnya, nama logam kuning pada pedang yang ditemukan oleh Robson adalah Tumbaga, yaitu logam campuran yang terdiri dari 80% emas dan 20% tembaga. Logam jenis ini disebut Plato sebagai Orichalum yang menurutnya banyak terdapat di Atlantis. Hill juga menyebutkan kalau Robson telah melebur pedang tersebut untuk mengambil emasnya. Ada kemungkinan kalau Robson telah mengurungkan niatnya untuk menyumbangkan penemuannya tersebut. Karena itu artefak-artefak tersebut tidak dapat ditemukan kembali.




http://terselubung.blogspot.com/2011/05/petualangan-kapal-ss-jesmond-penemuan.html